sebut sajanamanya Hafiz. Dalam sebuah perjalanan pulang dari Jakarta ke Semarang menggunakan kereta api,dia ditakdirkan berhadapan tempat duduknya dengan seorang akhwat bernama Mutiara,

(bukan nama sebenarnya). Menjelang sampai di Kota Lumpia itu, Hafiz ditakdirkan oleh Allah untuk bersin, “Haccccciiii” Serta merta, lantaran gemblengan Islam yang selama ini ia peroleh dan semangat untuk mengamalkannya, lelaki muda ini berucap, “Alhamdulillah..” sebagaimana disunnahkan oleh Nabi. Tak disangka, tak dinyana,perempuan di hadapannya itu menyahut, sebagaimana disunnahkan oleh Nabi ketika mendengarkan orang yang bersin, “yarhamukallah. ” Keduanya kemudian saling melirik sebelum akhirnya menundukkan 

pandangannya masing-masing. Dengan rasa yang tak biasa, Hafiz kembali menjawab doa yang dilantunkan wanita itu, “yahdikumullah.” 

Hikmah kisah nyata, bahwa orang sholeh jodohnya wanita sholehah

Peristiwa pengamalan sunnah ini terjadi begitu saja. Hingga akhirnya, mereka sampai di stasiun pemberhentian terakhir.Entah apa yang mendorong Hafiz, ia kemudian memberanikan dirinya untuk menanyakan nama bapak dan alamat perempuan yang menjawab bersinnya dengan doa yang disunnahkan nabi itu. 

Bukankah ini hal yang aneh? Jika muda-mudi zaman sekarang,yang ditanya pasti nama, nomor hand phone, akun jejeraing sosial, dan seterusnya. Namun, Hafiz justru menanyakan nama bapak dan alamatnya. 

Keduanya pun berpisah. Dengan tetap saling menundukkan pandangan untuk menguasai hatinya masing-masing. Hingga akhirnya, waktu berjalan beberapa bulan kemudian.Hafiz membawa orang tuanya untuk mencari alamat orang tua perempuan yang berhasil menarik hatinya itu. Berbekal nama dan alamat yang diberikan,meski 

dengan sedikit kesulitan, akhirnya ditemukanlah apa yang mereka cari. 

Yang ditamui, kaget bukan kepalang. Seperti ketiban durian runtuh. Disilaturahimi keluarga asing yang langsung 

mengenalkan diri dengan penuh keakraban. Kebahagiaan bertambah ketika orang tua Hafiz berkata, “Jadi,maksud 

kedatangan kami adalah untuk menjalin silaturahim.” Yang punya rumah mengangguk bahagia,dengan senyum sumringah.Tamu yang baru dikenal itu,kemudian melanjutkan penyampaian misinya, “Di samping itu, kami hendak 

melamar anak bapak untuk anak kami,” sembari menunjuk ke arah anaknya, Hafiz. Tuan rumah,langsung tercekat. Bingung, haru,bercampur bahagia tak terlukis. Perbincanganpun kemudian berlanjut dengan kisah cinta yang 

bersemi di kereta api Jakarta-Semarang bersebab bersinnya Hafiz. Kedua keluarga itu akhirnya terlibat dalam perbincangan seru, penuh kehangatan dan sarat makna. Yang tak kalah mengejutkan, perempuan shalehah berjilbab rapi itu langsung menerima lamaran lelaki yang datang secara kstaria bersama keluarganya itu. 

Akhirnya, keduanya mengikat tali suci bernama pernikahan. Hingga saat ini, keduanya bahagia dengan pilihannya. Bahwa mereka memilih menjaga kesucian dengan menikah.Dengan cara seksama, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.Hafiz, memutuskan memilih Mutiara lantaran ciri keshalehan yang dia temui pada diri wanita itu saat berjumpa di kereta api,pada pertemuan yang hanyasekali itu. Dan Mutiara, menerima lamaran lelaki itu,lantaran ia mengucap hamdalah saat bersin, dan itu satu diantara sekian banyaknya ciri keshalehan. 

Di samping itu, keberanian diri Hafiz bersama keluarganya untuk langsung datang ke rumah orang tuanya, merupakan bukti keshalehan lain yang bermakna keseriusan. Hafiz berani memutuskan untuk memilih demi 

menjaga kesucian hati, berani melangkah untuk menggapai barokah walimah. 

Semoga, Allah hadirkan dalam hidup kita laki-laki shaleh semacam Hafiz, juga wanita-wanita baik hati semacam Mutiara. Bahkan, lebih baik dari keduanya.. 


Aamiin ya Robbal'alamiin.. 

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama