Nabi Musa Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya’qub adalah beribukan Yukabad. Beliau manusia yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Nabi Ibrahim AS, yaitu tanah Kanaan. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM.
Nabi Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel. Misalnya, hampir dibunuh ketika ia masih bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai gembala di tanah Midian selama 40 tahun.
Nabi Musa as merupakan anak laki-laki Imron bin Yash-har, dan bersaudara dengan Nabi harun as. Nabi Musa dilahirkan pada waktu zaman raja yang sangat jahat yaitu Fir’aun sebagai penguasa mesir dan disembah oleh orang-orang mesir.
Tibalah suatu masak aum bani israil semakin banyak dan semakin menyebar. Raja Fir’aun yang jahat ini melihat bahwa bani israil semakin banyak dan semakin berkembang.
Lalu Fir’aun mengeluarkan perintah yang aneh, yaitu memerintahkan agar anak yang lahir berjenis kelamin laki laki harus dibunuh dan aturan itupun mulai dijalankan. Namun para pakar ekonimi berkata kepada Fir’aun; Orang-orang tua dari bani israil akan mati sesuai dengan ajal mereka, sedangkan anak kecil disembelih maka ini akan berakhir pada hancurnya dan binasanya Bani Israil namun Firaun akan kehilangan kekayaan dan asset manusia yang dapat bekerja untuknya atau menjadi budak-budaknya dan wanita-wanita tidak dapat lagi dimilikinya. Maka yang terbaik adalah, hendaklah dilakukan suatu proses sebagai berikut : anak laki-laki disembelih pada tahun pertama, dan hendaklah mereka dibiarkan pada tahun berikutnya. Fir’aun pun setuju dengan pendapat itu, karena mengganggap pemikiran itu lebih menguntungkan dari sisi ekonomi.
Ketika ibu nabi Musa mengandung nabi harun, aturan itu belum dilaksanakan dimana anak-anak kecil laki-laki tidak dibunuh dan ia bisa melahirkan dengan terang-terangan. Namun ketika melahirkan mengandung Nabi Musa, ia berada di tahun dimana anak-anak kecil harus di bunuh. Sang ibu pun merasa sangat cemas dan ketahukan yang luar biasa. Ia takut bahwa jangan-jangan nanti anak yang dilahirkannya akan dibunuh juga. Ia pun melahirkan secara sembunyi-sembunyi. Dan untuk menyembunyikan anaknya, sang ibu pun menyusui secara sembunyi-sembunyi. Lalu tibalah suatu malah yang penuh berkah, dimana saat itu Allah Yang Maha Mengetahui memberi wahyu kepadanya, sebagai berikut:
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan jangan kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (Qs 28 : 7)
Mendengar wahyu Allah yang maha kuasai itu dan panggilan yang penuh kasih saying dan suci itu, ibu Nabi Musa langsung mentaatinya. Lalu ia diperintahkan untuk membuat peti kecil untuk Nabi Musa as. Setelah menyusuinya, ia meletakkannya di peti itu. Kemudian ia pergi ke tepi sungai nil lalu membuangnya di atas air. Ibu mana yang tega membuang anak yang dilahirkannya, hatinya penuh derita ketika ia melempat anaknya di sungai Nil. Namun itu merupakan perintah dari Allah.
Beberapa saat setelah berada di atas air sungai Nil, Allah memerintahkan arus sungai Nil agar menjadi tenang dan lembut kepada bayi yang dibawanya yang nantinya akan menjadi Nabi. Sebagaimana Allah yang maha kuasa memerintahkan kepada api agar menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi nabi Ibrahim as, begitu juga Allah memerintahkan kepada sungai Nil agar membawa Nabi Musa dengan tenang dan penuh kelembutan sehingga mengarahkannya ke istana raja Fir’aun. Air sungai Nil tersebut membawa peti yang berisi nabi Musa ke istana raja fir’aun.
Setelah sampai criters, bayi Nabi Musa ini ditemukan oleh Isteri Fir’aun saat keluar untuk berjalan-jalan di kebun istana. Isteri raja Fir’aun tidak sama dengan Fir’aun yang memiliki sifat yang amat baik. Namun wanita itu merasakan kesedihan yang dalam karena ia belum mampu melahirkan anak. Ia ingin sekali memiliki anak. Ketika ia menemui Musa, maka muncullah keinginan untuk merawat bayi tersebut.
Setelah menemukan bayi itu, ia pun membawanya pulang. Ia menggendong-gendong nabi Musa sambil menangis karena kelaperan. Di saat yang sama Fir’aun sedang duduk di atas meja makan dan ia menunggu istrinya yang tak kunjung datang hingga mulai marah lalu mencarinya.
Tiba-tiba Fir’aun terkejut saat melihat isterinya menggendong seorang bayi. Kemudian fir’aun bertanya: “Dari mana datangnya anak kecil ini?” Kemudian mereka menceritakan bahwa mereka menemukannya di sebuah peti di tepi sungai. Fir’aun berkata: “Ini adalah salah satu anak Bani Israil. Sesuai dengan peraturan, anak-anak yang lahir di tahun ini dibunuh”. Mendengar perkataan dari Fir’aun itu, ia berteriak dan ia memeluk Nabi Musa dengan eratnya
Seperti yang tertulis dalam Al Qur’an
“Dan berkatalah isteri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak, sedang mereka tidak menyadarinya.” (Qs. 28:9)
Fir’aun tampak kebingungan melihat tingkah isterinya yang begitu melindungi bayi yang ia temukan. Fir’aun tampak tak percaya dimana ia tidak pernah mendapati isterinya menangis karena sekhawatir dicampur rasa bahagia. Fir’aun mulai menyadari bahwa isterinya menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri, apalagi darinya istrinya belum mendapatkan keturunan.
Kisah Nabi Musa Bertemu Ibu Kandungnya
Istri Fir’aun tampak bahagia setelah keputusan yang diambil oleh suaminya. Namun karena bukan ibu kandung, ia mulai mendapat masalah karena Musa mulai kelaperan dan membutuhkan susu. Kemudian firaun berkata: “Datangkanlah kepadanya wanita yang menyusui dari istana”. Sayang dari kesemua wanita yang dipanggil, bayi Musa selalu menolak untuk disusu. Melihat hal tersebut, isteri firaun menangis karena tidak tahan melihat penderitaan anak kecil yang baru ditemukannya. Ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.
Tibalah saat Ibu kandung Musa merindukan anaknya yang ia buang ke sungai Nil. Ia berusaha pergi ke istana Fir’aun untuk mendapatkan berita tentang anaknya. Allah SWT menaruh kedamaian dalam hatinya: “Pergilah dengan tenang ke istana firaun dan berusahalah untuk mendapatkan berita tentang Musa dan hendaklah engkau hati hati agar jangan sampai mereka mengetahuimu.”
Kemudian ia pergi dengan tenang. Ia bisa melihat nabi Musa dari kejauhan dan mendengarkan suara tangisannya. Ia melihat mereka dalam keadaan kebingungan dimana mereka tidak mengetahui bagaimana menyusuinya.
Ibu nabi Musa mendekat kepada pengawal istana dan menawarkan bisa membawa seseorang yang bisa menyusui bayi itu. Disampaikanlah ke Istri Fir’aun dan ia menjawab kalau orang itu bisa ia akan memberi imbalan yang sangat besar.
Maka Si ibu yang sebetulnya adalah ibu kandung Musa akhirnya menyusuinya dan nabi Musa mulai tenang. Melihat hal itu, isteri Fir’aun sangat gembira dan menyuruh ibu tersebut membawa Musa ketempatnya hingga waktu penyusuannya selesai. Istri Fir’aun berpesan, jika sudah selesai, ia meminta Musa untuk dikembalikanlah. Itulah cara Allah yang maha adil dan maha kuasa mengembalikan Nabi Musa kepada ibunya.
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hamper saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan. “Ikutilah dia”. Maka terlihatlah olehnya Musah dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya, dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yhang mau menyusui-nya sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maikah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlubait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadany?. Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Qs. 28 : 10 – 13)
Setelah proses penyususan selesai, Musa dikembalikan lagi ke istana. Nabi Musa dididik di istana terbesar di bawah bimbingan dan penjagaan Allah SWT. Pendidikan Nabi Musa dimulai di rumah firaun di mana di dalamnya terdapat ahli pendidikan dan para pengajar. Mesir saat itu merupaka Negara yang besar di Dunia dan Firaun sebagai raja yang paling kuat. Karena itu dengan mudah Firaun mampu mengumpulkan para pakar pendidikan dan para cendekiawan.
Nabi Musa tumbuh di rumah firaun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan, ilmu kimia dan bahasa. Beliau juga dalam bimbingan agama yang benar sehingga ia menepis semua anggapan jika Fir’aun itu Tuhan. Nabi Musa juga mengetahui bahwa ia bukanlah anak dari Fir’aun.
Tapi ada suatu kejadian dimana Musa sempat membunuh seseotang. Kejadiannya terjadi saat Musa melepaskan diri dari pengawal dan pergi ke kota. Nabi Musa menemukan perkelahian dan berniat untuk melerai kedua orang yang berkelahi itu. Namun tanpa disengaja, Musa malah membunuhnya. Kemudian nabi Musa berdoa kepada Allah dan berkata:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku maka ampunilah aku.”
Allah yang maha pengampun pun mengampuninya. Allah berfirman:
“Dan setelah Musa sudah cukup umur dan sempurna akalnya. Kami berikan kepadanya hikmah kenabian dan pengetahuan. Dan demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lemah, maka didapatinya di dalamkota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani israil) dan seorang lagi dari musuhnya (kaum firaun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan darinya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu.
Musa berkata: “Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang menyesatkan lagi (permusuhannya). Musa berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.”
Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. Musa berkata: “Ya Tuhanku, demi nikmat yang engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa.”
Nabi Musa adalah cermin lain dari Nabi Ibrahim. Kedua dari kalangan ulul azmi. Tetapi Nabi Ibrahim merupakan cermin kesabaran dan kelebutan sementara itu Nabi Musa merupakan cermin dari kekuatan dan keperkasaan.
Baca Juga:
Baca Juga:
Posting Komentar